Saturday, May 20, 2017

Le Petit Prince (Antoine De Saint-Exupéry)

Buku ini pertama kali saya baca saat kelas XI SMA. Waktu itu ada project dari guru Bahasa Indonesia kami untuk membuat drama yang akan dipentaskan dan ditonton oleh semua siswa kelas XI. Jadi tiap kelas IPA, IPS, dan Bahasa akan menampilkan drama. Tiap kelas terdiri dari beberapa kelompok. Kelas Bahasa dibagi menjadi 2 kelompok. Kelas IPA dan IPS masing-masing dibagi menjadi 4 kelompok. Jadi jumlah seluruh kelompok ada 22 kelompok. Berarti ada 22 naskah drama yang ditampilkan.

Salah satu teman di kelompok kami menyarankan untuk menyadur naskah drama dari novel ini. Kami semua sepakat. Waktu itu saya mendapatkan dua peran. Jadi Narator dan Rubah. Jadi peran saya ganda karena jumlah SDM di kelas saya tidak sebanyak kelas IPA dan IPS.

Anatomi buku ini:
Judul asli: Le Petit Prince
Judul terjemahan: Pangeran Cilik
Penulis: Antoine De Saint-Exupéry
Penerjemah: Henri Chambert-Loir
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2011
Jumlah halaman: 120
Dimensi: 13,5 cm X 20 cm
Harga: Rp. 35.000

Buku ini seolah-olah untuk anak-anak. Tapi sepertinya anak-anak tidak akan mengerti makna mendalam dari buku ini sampai mereka membaca ulang ketika telah dewasa. Menurut saya buku ini lebih cocok dibaca oleh orang dewasa karena isinya merupakan sindiran untuk orang dewasa.

Dimulai dengan kisah seorang pilot yang pesawatnya jatuh di tengah gurun pasir. Tiba-tiba datang seorang anak yang memintanya menggambarkan domba. Sang pilot yang merupakan tokoh aku sangat heran dengan kedatangan seorang anak di tengah gurun pasir yang sangaaat jauh dari pemukiman tapi tidak terlihat tersesat.

Pangeran Kecil terus memintanya menggambarkan seekor domba. Akhirnya sang pilot mengeluarkan secarik kertas dan menggambarkan ini:

Dia tambah takjub karena anak itu bisa menebak gambarnya. Hayoo tebak, itu gambar apa? Lalu dia menggambarkan domba untuk Pangeran Kecil. Tapi gambarnya diprotes terus. Sampai gambar domba keeempat yang dia tutupi dengan kotak kayu. Pangeran kecil sangat senang, padahal gambar itu adalah keputusasaan pilot karena ketiga gambarnya tidak sesuai dengan domba yang diinginkan Pangeran Kecil.

Dari gambar domba itulah tersingkap identitas sang pangeran kecil. Dia berasal dari sebuah planet yang kecil. Planet yang tidak lebih besar dari sebuah rumah. Sang pilot menduga planet asal Pangeran Kecil adalah Asteroid B 612.

"Aku menceritakan semua detail mengenai Asteroid B 612 ini sampai menyebut nomornya, gara-gara orang dewasa. Orang dewasa menyukai angka-angka. Jika kalian bercerita tentang teman baru, mereka tidak pernah menanyakan hal-hal yang penting. Mereka tidak pernah tanya, "Bagaimana nada suaranya? Permainan apa yang paling disukainya? Apakah ia mengoleksi kupu-kupu? " Mereka bertanya, "Berapa umurnya? Berapa saudaranya? Berapa berat badannya? Berapa gaji ayahnya?" Hanya demikianlah mereka mengira dapat mengenalnya.

Jika kalian berkata kepada orang dewasa, "Aku melihat rumah yang bagus, dibuat dari batu bata merah muda dengan bunga kerenyam di jendela dan burung merpati di atapnya... ", mereka tidak dapat membayangkan rumah itu. Kita harus berkata begini, "Aku melihat rumah seharga 180 ribu franc. " Baru mereka akan berseru, "Aduh, betapa bagusnya!"

Maka jika kalian berkata kepada mereka, "Buktinya Pangeran Cilik itu ada, ialah ia sangat rupawan, ia tertawa, dan ia menginginkan seekor domba. Bila seseorang menghendaki seekor domba, itu buktinya ia ada", mereka akan mengangkat bahu dan mengatakan kalian hanya anak-anak.
Tapi jika kalian berkata, "Planet asalnya adalah Asteroid B 612", baru mereka akan merasa yakin dan tidak akan melelahkan kalian dengan pertanyaan lain. Begitulah mereka! Kalian tidak usah menyesali mereka. Anak-anak mesti berbesar hati terhadap orang dewasa.
(halaman 21)

Jadi Pangeran Kecil menginginkan seekor domba untuk memakan benih-benih pohon baobab di planetnya. Karena planetnya kecil, jadi benih-benih baobab harus rutin dibersihkan setiap hari. Kalau sampai tumbuh besar, kebayang kan akarnya bisa menghancurkan planet itu.

Tapi di planet Pangeran Kecil ada setangkai mawar cantik yang sangat dia cintai. Meskipun mawar itu sering mengomeli Pangeran Kecil dan sangat angkuh juga manja, dia tetap mempedulikannya. Mawar itu punya empat duri yang melindunginya, tapi mungkin domba tetap bisa memakannya.

Sebelum berkunjung ke planet bumi, dia mengunjungi Asteroid 325, 326, 327, 328, 329, dan 330. Asteroid pertama didiami seorang raja, planet kedua didiami seorang yang sombong, planet ketiga oleh seorang pemabuk, planet keempat didiami seorang pengusaha, planet kelima oleh seorang penyulut lentera, dan di planet keenam ada ahli ilmu bumi.

Kunjungan-kunjungan Pangeran Kecil ke planet-planet itu isinya sindiran-sindiran untuk orang dewasa. Percakapan-percakapan Pangeran Kecil dengan para penghuninya sangat menggelikan, sangat menyindir, dan sangat memberikan perenungan untuk orang dewasa. Di setiap planet itu Pangeran Kecil berkata "Orang dewasa benar-benar aneh. "

Saat sampai di Planet Bumi, dia bertemu ular di gurun. Pangeran Kecil sangat terkejut saat bertemu banyak bunga mawar di kebun. Selama ini dia pikir bunga mawarnya hanya satu-satunya sejenis di alam semesta. Bunga mawarnya yang berkata begitu. Ternyata dia menemukan lima ribu bunga mawar dalam satu kebun di planet bumi. Pangeran Kecil menjadi sedih.

Yang paling menarik adalah saat Pangeran Kecil bertemu dengan rubah. Saya suka peran rubah ini. Dulu dikocok sih, dan kebetulan saya mendapatkan peran sebagai rubah. Saya sangat senang bisa menjadi rubah. Dia sangat bijak dan memahami makna kehidupan. Jadi saya mau mengutip BAB XXI, bagian yang menurut saya paling menarik.

Pada saat itulah muncul seekor rubah.
"Selamat pagi, " kata rubah.
"Selamat pagi, " jawab Pangeran Cilik dengan sopan, sambil berpaling tetapi tidak melihat apa-apa.
"Aku di sini, di bawah pohon apel, " kata suara itu.
"Siapa kau? " tanya Pangeran Cilik. "Kau cantik betul... "
"Aku rubah, " kata rubah.
"Mari bermain denganku, " ajak Pangeran Cilik. "Aku begitu sedih..."
"Aku tidak dapat bermain denganmu, " kata rubah. "Aku belum jinak. "
"Ah, maaf, " kata Pangeran Cilik.
Tetapi setelah berpikir-pikir ia melanjutkan,
"Apa artinya jinak? "
"Kamu bukan orang sini, " kata rubah. "Apa yang kamu cari? "
"Aku mencari manusia, " kata Pangeran Cilik. "Apa artinya jinak?"
"Manusia," kata rubah, "mereka mempunyai senapan dan mereka berburu. Sangat menyusahkan! Mereka juga memelihara ayam. Itu saja yang menarik pada mereka. Kamu mencari ayam?"
"Tidak," kata Pangeran Cilik. "Aku mencari teman. Apa artinya jinak?"
"Sesuatu yang sudah terlalu lama diabaikan," kata rubah. "Artinya menciptakan pertalian..."
"Menciptakan pertalian?"
"Tentu," kata rubah. "Buatku, kamu masih seorang bocah saja, yang sama dengan seratus ribu bocah lain. Dan aku tidak membutuhkan kamu. Kamu juga tidak membutuhkan aku. Buat kamu, aku hanya seekor rubah yang sama dengan seratus ribu rubah lain. Tetapi, kalau kamu menjinakkan aku, kita akan saling membutuhkan. Kamu akan menjadi satu-satunya bagiku di dunia. Aku akan menjadi satu-satunya bagimu di dunia..."
"Aku mulai paham," kata Pangeran Cilik. "Ada sekuntum bunga... Aku kira ia telah menjinakkanku."
"Mungkin saja," kata rubah. "Kita melihat macam-macam hal di Bumi."
"Oh, bukan di Bumi," kata Pangeran Cilik.
Rubah kelihatan sangat tertarik.
"Di planet lain?"
"Ya."
"Ada pemburu di planet itu?"
"Tidak."
"Nah, ini menarik. Ada ayam?"
"Tidak."
"Tidak ada yang sempurna," keluh rubah.

Tetapi rubah menyambung pikirannya:
"Hidupku menjenuhkan. Aku memburu ayam, manusia memburu aku. Semua ayam serupa, dan semua orang serupa. Aku jadi sedikit bosan. Tetapi kalau kamu menjinakkan aku, hidupku akan seolah-olah berseri. Aku akan mengenali bunyi suatu langkah yang berbeda dari semua langkah lain. Yang lain membuatku bersembunyi di dalam tanah. Langkahmu akan memanggil aku ke luar, seperti suatu musik. Dan lihatlah! Kamu lihat ladang gandum di sana? Aku tidak makan roti. Buat aku, gandum tidak ada gunanya. Ladang gandum tidak mengingatkan apa-apa. Nah, itu menyedihkan! Tetapi rambutmu berwarna keemasan. Maka akan indah sekali setelah kamu menjinakkan aku. Gandum yang keemasan akan mengingatkan aku padamu. Dan aku akan menyenangi suara angin di atas gandum..."
Rubah terdiam dan lama menatap Pangeran Cilik:
"Tolong jinakkan aku," katanya.
"Boleh saja," jawab Pangeran Cilik, "tetapi waktuku sedikit. Ada teman-teman yang harus kucari dan banyak hal yang harus kutemukan."
"Kita hanya mengenal apa yang kita jinakkan," kata rubah. "Manusia tidak sempat mengenal apa-apa lagi. Mereka membeli barang-barang yang sudah jadi dari pedagang. Tetapi karena tidak ada pedagang teman, manusia tidak mempunyai teman lagi. Kalau kamu ingin mempunyai teman, jinakkanlah aku."
"Apa yang harus kulakukan?" tanya Pangeran Cilik.
"Harus sabar sekali," jawab rubah. "Kamu mula-mula duduk beberapa jauh dari aku, seperti itu, di rumput. Aku akan melirik kepadamu dan kamu tidak mengatakan apa-apa. Bahasa adalah sumber kesalahpahaman. Tetapi, setiap hari, kamu boleh duduk lebih dekat sedikit."

Pangeran Cilik datang kembali pada esoknya.
"Sebaiknya kamu datang pada waktu yang sama," kata rubah. "Kalau misalnya kamu datang pukul empat sore, maka pukul tiga aku sudah mulai senang. Semakin waktu berlalu, semakin aku bahagia. Pukul empat aku akan gugup dan gelisah, aku akan menemukan nilai kebahagiaan. Tetapi jika kamu datang kapan saja, aku tidak akan tahu jam berapa harus merias hati... Perlu ada ritual."
"Apa itu ritual?" tanya Pangeran Cilik.
"Itu pun sesuatu yang sudah terlalu lama diabaikan." kata rubah. "Ritual itulah yang membuat suatu hari berbeda dengan hari lainnya, suatu jam berbeda dengan jam lainnya. Pemburuku misalnya, mereka mempunyai satu ritual. Hari Kamis, mereka berdansa dengan gadis-gadis desa. Maka itu, hari Kamis adalah hari yang indah. Aku berjalan-jalan sampai ke kebun anggur. Kalau para pemburu berdansa kapan saja, maka semua hari akan serupa, dan aku tidak dapat berlibur."

Demikianlah Pangeran Cilik menjinakkan rubah. Dan waktu menjelang kepergiannya:
"Ah," kata rubah... "Aku akan menangis."
"Itu salahmu," kata Pangeran Cilik. "Aku tidak bermaksud jahat, tapi kamu yang mau dijinakkan..."
"Benar," kata rubah.
"Tapi kamu akan menangis," kata Pangeran Cilik.
"Benar," kata rubah.
"Jadi kamu tidak mendapat untung apa-apa."
"Tentu beruntung," kata rubah, "karena warna gandum."
Lalu tambahnya,
"Pergilah melihat bunga-bunga mawar itu lagi. Kamu akan mengerti bahwa bungamu satu-satunya di dunia. Lalu kamu kembali kemari untuk pamit, dan aku akan menghadiahkan suatu rahasia kepadamu."
Pangeran Cilik pergi melihat bunga-bunga mawar.
"Kalian sama sekali tidak sama dengan mawarku, kalian belum apa-apa," katanya pada mereka. "Kalian belum dijinakkan siapa pun, dan kalian belum menjinakkan siapa pun. Kalian seperti rubahku dulu. Hanya seekor rubah yang serupa dengan seratus ribu rubah lain. Tapi sudah kujadikan temanku, maka dia satu-satunya di dunia."
Bunga-bunga mawar merasa malu.
"Kalian cantik tapi hampa," katanya lagi. "Orang tidak akan mau mati bagi kalian. Bunga mawarku, bagi orang sembarangan, tentu mirip dengan kalian. Tapi ia setangkai lebih penting dari kalian semua, karena dialah yang telah kusirami. Karena dialah yang kuletakkan di bawah sungkup. Karena dialah yang kulindungi dengan penyekat. Karena dialah yang kubunuh ulat-ulatnya (kecuali dua-tiga untuk kupu-kupu). Karena dialah yang kudengarkan keluhnya, bualannya, atau malah kadang-kadang kebisuannya. Karena dialah mawarku."
Lalu ia kembali ke rubah.
"Selamat tinggal," katanya.
"Selamat jalan," kata rubah. "Inilah rahasiaku. Sangat sederhana: hanya lewat hati kita melihat dengan baik. Yang terpenting tidak tampak di mata."
"Yang terpenting tidak tampak di mata," ulang Pangeran Cilik agar tidak lupa.
"Waktu yang kamu buang untuk mawarmu, itulah yang membuatnya begitu penting."
"Waktu yang aku buang untuk mawarku..." kata Pangeran Cilik agar tidak lupa.
"Manusia telah melupakan kenyataan ini," kata rubah. "Tetapi kamu tidak boleh melupakannya. Kamu menjadi bertanggung jawab untuk selama-lamanya atas siapa yang telah kamu jinakkan. Kamu bertanggung jawab atas mawarmu..."
"Aku bertanggung jawab atas mawarku," ulang Pangeran Cilik agar tidak lupa.
(halaman 81-88)

Kalau kamu mengingat saya saat melihat sesuatu yang berwarna hijau, atau melihat laba-laba, atau jus wortel atau awug, atau sneaker?  Itu berarti kamu sudah saya jinakkan. Hihi. Beberapa orang pernah mengirim saya pesan seperti:
"Sin, aku lihat tarantula di Dunia Binatang di (stasiun tv)......., langsung inget kamu, haha." atau "Sin, kemarin aku beli awug enak, tiba-tiba inget kamu."

Kata-kata seperti itu terkadang membebani saya. Saya jadi merasa bertanggung jawab. Orang-orang yang telah saya jinakkan belum tentu telah menjinakkan saya. "Itu salahmu, saya tidak bermaksud jahat, tapi kamu yang mau dijinakkan..." LOL

Awalnya saya mengira novel ini tentang persahabatan, tapi sekarang saya baru sadar sebenarnya novel ini lebih cenderung tentang percintaan. Dalam biografi singkat di akhir novel ini diceritakan bahwa Le Petit Prince (Pangeran Cilik) ditulis dalam pengasingan pada masa perang oleh pria dewasa yang senang in action, yang dipaksa nonaktif, dan dibayangi situasi krisis di negara asalnya, membuat mereka yang akrab dengan kehidupan dan kematian Saint-Exupéry berpendapat Le Petit Prince (Pangeran Cilik)  adalah sepotong autobiografi―upaya untuk meredam kesulitan pernikahannya, atau untuk menangkis masa kini agar bisa terus mengenang dunia kanak-kanak, atau bahkan merupakan ucapan selamat tinggal atas kepergiannya yang misterius. (halaman 120)

Penulis memang seorang pilot pesawat tempur. Tapi dia juga mendapat banyak penghargaan di bidang sastra. Yang saya suka adalah ilustrasi-ilustrasi di dalam buku ini yang merupakan hasil gambaran Saint-Exupéry sendiri. Gambar-gambarnya sangat menarik karena seperti gambar anak-anak. Gambar yang masih polos, murni, dan jujur..

Akhir cerita novel ini adalah... Sad ending... Saya selalu menangis tiap kali membaca akhir dari novel ini.. Saya tidak mau menceritakan akhirnya di sini. Akhir yang menyedihkan, tapi sangat manis.. Banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan dari novel yang pernah disadur ke dalam 230 bahasa asing ini. Terutama sekarang, setelah saya menikah dan melahirkan anak. Saya jadi bertanya-tanya pada diri sendiri. Apakah sekarang saya menjadi orang dewasa yang membosankan? Apakah sekarang saya bersikap seperti raja, orang sombong, pemabuk, pengusaha, penyulut lentera, atau ahli bumi?

Saya jadi memikirkan apa yang mungkin dipikirkan oleh Saint-Exupéry. Trauma masa kecil, kegagalan percintaan, konflik keluarga, dll. Mungkin karya ini adalah sebuah kesadaran dirinya, tapi sudah terlambat.. Mungkin ya.. Mungkin tidak..

Di buku ini juga ada pemaparan penerjemah Henri Chambert-Loir. Pantesaaaan. Saat baca buku ini lagi, kok terasa beda ya.. Ternyata buku ini diterjemahkan ulang. Yang jaman SMA saya baca diterjemahkan oleh Wing Kardjo (Hennywati,  Ratti Affandi, Tresnati, dan Lolita Dewi). Dalam review ini kan bercampur antara Pangeran Cilik dan Pangeran Kecil. Dulu saya sangat ingat terjemahannya menggunakan Pangeran Kecil, bukan Pangeran Cilik. Untuk yang pertama kali membaca terjemahan baru ini mungkin tidak masalah. Tapi saya yang dulu pernah membaca terjemahan hasil Wing Kardjo, jadi agak aneh saat membaca terjemahan baru ini. Apalagi dulu saya sempat menghapalkan naskah dramanya. Dulu setelah dramanya selesai, teman-teman di kelas jadi menggunakan Bahasa Indonesia yang sesuai EYD, sangat baku walaupun untuk percakapan sehari-hari. Kami tertawa-tawa geli saat bercakap-cakap dengan bahasa yang sangat baku. Itu menyenangkan. Menyenangkan karena rasanya lucu menggunakan bahasa baku untuk situasi dan kondisi yang tidak formal. Bahkan sampai kelas XII kami selalu tertawa saat bercakap-cakap karena bahasa baku dari Le Petit Prince sangat melekat di otak kami. Di terjemahan yang baru ini, bahasanya tidak terlalu baku. Untuk jadi buat, ingin jadi mau, melalui jadi lewat, dll. Tapi bagaimanapun juga esensi amanat cerita dapat tersampaikan.







48 comments:

  1. Saya pernah menonton filmnya Mba. Agak berpikir pula saya untuk memahaminya. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang official ya mba. Saya baru nonton trailernya, belum donlot sampai sekarang. Ceritanya jadi agak beda karena ada tokoh-tokoh baru, anak perempuan yang ditekan oleh ibunya bertemu pilot tua yang menceritakan kisah tentang Pangeran Kecil. Saya jadi pengen nonton.. 😂

      Delete
  2. Kadang bukunya lebih menarik dari filmnya. Tapi kadang nonton film justru tau ada bukunya setelah nonton hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Tapi saya biasanya kecewa kalau nonton setelah baca bukunya. Pasti ada yang diskip padahal itu termasuk hal yang bagus di buku. 😅

      Delete
  3. ternyata terjemahan barunya aga aneh ya mba ? apa mungkin karena mba menghapal dulu ya. Btw saya ga sanggup baca buku yang ada sad endingnya mba apalagi ada cinta cintanya. Sering baper soalnya hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sedih. Akhirnya tentu saja kematian. Spoiler alert. Wkwkwk
      Tapi saya bilang akhir yang manis meski sad ending.. Ada suatu pelajaran penting dari kematian pangeran kecil.

      Delete
  4. Kalau aku kok lebih tertarik nonton filmnya ya. Tp kadang suka kepo juga lanjutannya gmn, langsung melimpir ke buku nya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Filmnya beda sama bukunya, meski pesan moral/amanatnya tersampaikan juga sih. Tapi ya beda juga endingnya. Filmnya happy ending dong.😂

      Delete
  5. Dari review buku yang mbak tulis ini, sepertinya butuh pemahaman tersendiri. Api dengan banyaknya terjemahan buku ini, tentu memang buku yang perlu dibaca. Thx for this review ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terutama untuk ortu sih ya, yang punya anak. Maknanya daleeeem..

      Delete
  6. Baca komentar yg lain, ternyata ada filmnya ya? Wahhh.. buku dan film, bikin oenasaran saja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buku dan filmnya bedaaaa.. Filmnya happy ending dong. 😂

      Delete
  7. Buku yang bagus
    Saya juga kerap baca ulang Buku lama
    Berulang ulang sampai hafal isinya

    : D :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, buku ini saya baca ulang karena favoritnya anak. Dia suka minta dibacain buku ini berulang2 karena tertarik sama gambar2nya. Tapi ya gitu.. Capeeee mbak bacain nyaring 120 halaman. Suara langsung ilang lah, minimal serak kalau udah bacain buku ini. 🤣

      Delete
  8. Le Petit Prince ini buku yang super duper kuno sekali. Hihihi.

    Tapi bagus banget, dan masih sering heran bagaimana pengarangnya bisa membuat karya sebagus itu.
    Dan ya, sepakat, buku ini akan lebih masuk jika dibaca kembali setelah bberusia di atas 25 tahun. Biasanya dapat sensasi seakan membaca sesuatu yang baru dan baru dipahami.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, buku jadul banget tapi daleeem. Kayaknya sih karena penulis menuliskan filosofi dari kehidupan nyata dirinya sendiri.

      Delete
  9. Gimana nih pada seneng versi buku apa versi filmnya?
    Kalau saya biasanya lebih suka versi buku. Tapi belum tahu juga buku ini, karena belum baca.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya lebih suka versi buku lah pastinya. Filmnya bagus juga sebenarnya. Tapi banyak yang beda sama bukunya dan banyak yang diskip.

      Delete
  10. Kalau aku tergantung sikon. Kadang ada yg baca bukunya terlebih dahulu, baru nonton filmnya, kadang sebaliknya. Tapi akhir2 ini demen nonton film aja deh. Suka kezel aja kalau sad ending, mana 2 jam durasinya hihihi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Filmnya lebih cenderung happy ending mbak. Wkwkwk. Tapi pesan moral dan amanat intinya tersampaikan sih..

      Delete
  11. Dulu sering banget lihat pangeran cilik ini, tapi belum pernah baca bukunya. Sekarang jadi penasaran karena ceritanya menarik banget..

    ReplyDelete
  12. Cerita anak jaman dulu memang banyak yang sebenarnya memiliki makna mendalam yang baru bisa dipahami setelah dewasa. Kadang faktanya begitu kelam, sehingga digunakan metafora untuk memperhalusnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya pake metafora njelimet. Sebenarnya pas baca terkesan sederhana untuk anak. Tapi kalau orang dewasa yang baca, jadi njelimet. Aneh ya. Hihihi.

      Delete
  13. Baru tahu ada buku ini...
    Dan ada filmnya juga...
    Aku kudet bgt y

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gpp mbak. Ini buku sepanjang jaman. Relevan dibaca kapan aja. 🤭

      Delete
  14. Aku lebih tertarik nonton filmnya apalagi pemainnya ganteng dan cantik 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi filmnya animasi mbak.. Wkwkwk. Kan ini buku anak, filmnya juga semua umur. Tapi kisahnya jleb buat orang dewasa.

      Delete
  15. Akh belum pernah nonton filmnya dan baca bukunya. Kayanya aku mesti ngikutin updatenya mba deh demi menggugurkan ke-kepoan kelanjutan ceritanya 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak akan saya update kelanjutan ceritanya mbak. Baca aja bukunya biar keponya hilang. Wkwkwk.

      Delete
  16. Ini ceritanya bagus tapi memang harus membaca dengan penuh kehati-hatian karena bahasa yang digunakan cukup serius. Sepertinya akan lebih mudah dipahami sih kalau menonton filmnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bahasanya sederhana sebenarnya. Tapi tersirat makna mendalam dibalik kata-kata yang dibaca.

      Delete
  17. Ternyata kesan buku yang dibaca sewaktu masih kecil bisa berbeda ya ketika dewasa apalagi buku yang diulas ini sempat dihapalkan naskahnya. Dari ulasannya kelihatannya menarik apalagi dari awal sudah disebutkan sekilas buku ini merupakan buku anak2 tapi kalau dibaca, isinya lebih mudah dipahami orang dewasa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anak2 akan menafsirkan sesuai yang dituliskan. Sederhana. Tapi orang dewasa akan menangkap makna tersembunyi dari kisah ini.

      Delete
  18. Nurut aku buku ini kesannya berat.
    Berat pas harus menangkap apa sih makna dari buku ini?
    Tapi, overall bagus kalau dipakai untuk bedah buku karena ga biasa.
    Bener, bukan buku anak-anak ini, hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anak saya suka lho mbak. Banyak gambarnya sih. Dan ceritanya juga seperti dongeng/fabel. Hanya saja orang dewasa akan bisa menangkap makna lebih dalam dari buku ini. Terlalu dalam hingga tenggelam. Makna kedewasaan yang jadi dipertanyakan. Seolah orang-orang dewasa jadi lebih kekanakan dan sangat tidak rasional dibanding anak2. Nampar banget ini mbak. Makanya berat. Hihihi.

      Delete
  19. Perlu dicatat : janya lewat hati kita melihat dengan baik. Yang terpenting tidak tampak di mata. Nasihat bijak dari sang Rubah. Metafora yang kompleks dan sarat pesan mendalam. Thanks dari review saja saya dapat banyak pelajaran, apalagi kalau baca bukunya, ya? Keren deh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baca bukunya lebih dalem. Terutama dialog Pangeran Kecil dengan tiap penghuni ke enam asteroid. Dalem banget. Karena kita jadi sadar orang dewasa ternyata lebih tidak rasional dari anak2. Dan yang ada dalam dialog itu menyiratkan hal2 umum yang orang dewasa lakukan.

      Delete
  20. Planet B612? kenapa aku jadi inget aplikasi kamera gitu ya huehehe. Menarik ini bukunya walaupun sedikit berat untuk aku yang suka bacaan ringan hehehe. Keren banget deh bukunya pernah disadur ke 230 bahasa ya. Eh ternyata ada filmnya juga ya? aku menyimak komentar yang lain. Jadi penasaran sama filmnya juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aplikasinya terinspirasi cerita ini kali ya? Wkwkwk. Berat kalau dibaca orang dewasa. Tapi kalau anak2 akan menganggap ini cerita dongeng/fabel biasa. Udah nonton filmnya juga. Pesan ceritanya tersampaikan sih, tapi beda sama bukunya. 🤭

      Delete
  21. Hwaah. Jadi pingin baca komplitnya. Dialognya berasa ajaib kalimatnya. Cakeeep

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, di buku ini banyak banget dialognya. Dialog2 yang bikin kita bengong dan gak percaya kalau ini buku anak. 😁

      Delete
  22. Wah, aku malah belum pernah membaca buku ini, Mba. Sepertinya, kalo aku bakalan lebih suka nonton filmnya deh, lebih asyik dibanding membacanya. Etapi, belum tentu juga, sih. Btw, dialognya kayaknya akan lebih mudah untuk dipahami oleh orang dewasa ya, Mba?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba, filmnya seru juga sebenernya. Tapi ditambahin tokoh2nya. Jadi tokoh utamanya bukan Pangeran Kecil kalau di film. Tapi pesan inti ceritanya tetap sampai ko.😉

      Delete
  23. kunjungan pertama ke blog ini,, ini versi bahasa inggrisnya judulnya little prince ya kalau nggak salah? saya memasukkan buku ini ke wishlist karena penasaran banget dengan cerita dengan tokoh animalnya. Bahasa inggrisnya kayanya ringan banget,, dan ada gambar gambarnya. Tipis juga. hehe

    sukses selalu.

    ReplyDelete
  24. Iya betul. Ini buku yang terus ada di rak buku saya. Soalnya anak saya juga sering minta dibacain buku ini. Gak bosen baca buku ini berulang kali, buku legendaris banget ini tuh. Terima kasih kunjungannya. 🙏🏼

    ReplyDelete
  25. Sepertinya bukunya bagus, tapi memang butuh waktu untuk mencernanya. Buku ini untuk anak-anak kah? Secara bahasanya, sepertinya agak susah bagi anak-anak untuk memahaminya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya untuk anak-anak tapi lebih cocok untuk dewasa. Anak-anak suka meski gak paham karena ada gambar-gambar yang lucu karya penulis asli. Anak-anak kan suka cerita bergambar. Wkwkwk.

      Delete